Gurindam
Posted by Bumi Kedua , Saturday, 23 June 2012 03:33
Kemudian lancang kuning kita sandarkan di negeri ini,
gurindam menghentak dan aksara muntah dari lautmu.
Seribu pantun berdusta.
Bulan membentuk malam dari kuas gelombang laut,
mimpi terkapar lelap dalam kepenasarannya.
angin berubah menjadi api,tanah menjadi darah.
Seperti Kata-kata yang mati dalam pengembaraannya.
seperti siang yang mengambang
dan pagi yang datang memaksa membuka kelopak-kelopak mimpi,
meramunya, kemudian menyajikannya pada yang tak terhingga butir keputusasaan.
Diakah pagi yang memberi pengharapan tak bertepi.
Matahari mengintip lalu menangisi awan yang tak memberi ruang
sepenggal doa menyebar ke penjuru langit,
Oleh yang terdahulu pergi aku menerima kutuk.
tak bertepi, tak bisa menepi
dikata-kata yang berani memaki illahi.
Sesampainya aku padaMu, yang tak bertepi.....
ya ampun, Cha. sepertinya nda sulit bertemu denganmu, tapi saya yang 'pengunjung' malah bingung, kamu terlalu banyak rumah. tapi nda apa-apa :) Itulah alien ehehehe